
18 December 2014
Rajawali Foundation
BANYUWANGI (15/12) — Sekilas tidak ada yang berbeda dari Made Danuarta, siswa berusia 9 tahun dari salah satu SD Negeri di Kabupaten Banyuwangi, sampai Elanda Rostina, M. Pd dan Dra. Ages Soerdjana, instruktur program pelatihan guru-guru kelas inklusi memanggil Made untuk berdiri di depan audiens saat lokakarya ‘Guru K.I.T.A (Kelas Inklusi Terpadu untuk Acuan)’ berlangsung, di Ruang Auditorium SMP 1 Negeri Giri, Banyuwangi.
Made sangatlah enerjetik dan sulit untuk diajak berkomunikasi. Meski demikian, Made sangat menguasai Bahasa Inggris dengan sangat baik, dan kecepatan berfikir untuk hitungan matematika dalam jumlah besar sampai milyaran dapat dia selesaikan di luar kepala tanpa bantuan kalkulator. Hal tersebut menunjukan ciri anak pengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), yaitu gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Made adalah salah satu, dari banyak ciri dan banyak anak berkebutuhan khusus di Banyuwangi yang menantikan guru-guru yang memahami perbedaan mereka dalam mendapatkan pendidikan di sekolahnya, dan akses penuh terhadap pendidikan inklusi di daerah tempat ia tinggal.
Rajawali Foundation dengan antusias menyambut keputusan Banyuwangi yang telah mendeklarasikan diri sebagai kabupaten Inklusi pada bulan Agustus 2014, dengan berkolaborasi dengan PemKab Banyuwangi dalam mengadakan sebuah program pelatihan untuk guru-guru kelas inklusi di Banyuwangi. Sebagai institusi filantrofi yang berkomitmen tinggi pada Kebijakan Publik, Rajawali Foundation menilai, kebijakan untuk memberi kesempatan pendidikan kepada semua anak, baik normal maupun anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk bisa belajar di sekolah yang sama, adalah suatu kebijakan yang patut di dukung.
“Adanya pelatihan ini perangkat sekolah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pengajar, yang mana output dari program ini dapat membantu menyusun peta jalan pengembangan masing-masing sekolah yang berkontribusi terhadap keberhasilan pendidikan inklusi di Banyuwangi,” ungkap Agung, saat memberikan sambutan di SMP 1 Giri saat upacara pembukaan program Guru K.I.T.A, Senin (15/12/2014).
Pendidikan inklusi sendiri adalah sistem pendidikan yang didesain mampu meniadakan kendala yang bisa menghalangi setiap anak untuk mengakses pendidikan. Sebanyak 9 Sekolah Model Pendidikan Inklusi di Banyuwangi pun telah ditunjuk oleh Bupati Anas sebagai sekolah pilot penyelenggara pendidikan inklusi. Sekolah-sekolah tersebut dilengkapi dengan sarana prasarana yang aksesibel bagi anak penyandang disabilitas, namun masih sangat kekurangan tenaga pengajar berkualitas yang benar-benar paham cara menangani anak berkebutuhan khusus.
“Pendidikan adalah hak semua anak, termasuk anak penyandang disabilitas. Merupakan tanggung jawab kita semua, untuk dapat memberikan mereka akses untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Kami sangat berterimakasih atas workshop dan knowledge sharing yang di adakan oleh Rajawali Foundation kepada Guru-guru Sekolah Pilot Pendidikan Inklusi di Banyuwangi, semoga kolaborasi ini memberikan output yang bermanfaat bagi kita semua dan kerjasama ini bisa kita kembangkan dan teruskan untuk mengembangkan pendidikan inklusi di negeri ini.” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, saat berkunjung ke lokasi Lokakarya Guru K.I.T.A pada hari rabu, 17 Desember 2014.
Rajawali Foundation membuat sebuah program kolaborasi yang mengubah paradigma proses belajar mengajar di kelas inklusi, serta meningkatkan keahlian dan pemahaman pengajar terhadap peserta didik di sekolah inklusi. Dalam menjalankan program ini, Rajawali menggandeng Innovera, konsultan pendidikan inklusi dalam memberikan materi pelatihan. Program pelatihannya sendiri berlangsung selama empat hari sejak 15 desember dan direncanakan selesai pada kamis, 18 desember 2014. Materi yang di ajarkan program pelatihan ini antara lain; Penanganan anak berkebutuhan khusus, membangun empati pendidik dan pendidikan inklusi yang ramah anak, manajemen sekolah inklusi, observasi sekolah inklusi dan praktek mengajar anak berkebutuhan khusus.
“Program pelatihan Guru K.I.T.A ini dirancang secara customized berdasarkan dengan kebutuhan pendidikan sekolah inklusi yang ada saat ini di Banyuwangi. Tim Rajawali Foundation telah melakukan banyak diskusi dengan para stakeholders yang terlibat dalam program ini, termasuk survey dan observasi dalam pembuatan konsep dan silabus lokakarya yang relatif diadakan dalam waktu yang sangat singkat ini. Kami berharap program ini dapat memfasilitasi para pelaku pendidikan inklusi di Banyuwangi dengan maksimal, dan kesuksesan program pilot ini nantinya diharapkan akan menjadi acuan pendidikan inklusi di daerah lainnya di Indonesia,” jelas Anugraha Dezmercoledi, Program Manager Rajawali Foundation.
Saat lokakarya berlangsung, para guru-guru peserta program pelatihan tampak aktif berdiskusi dengan para instruktur dan sangat antusias dalam menerima ilmu.