18 November 2015

Indonesia Literacy Forum

Rajawali Foundation

Permasalahan literasi di Indonesia merupakan sebuah agenda besar yang masih harus diperhatikan. Sayangnya, walaupun isu ini kerap dijadikan prioritas utama, belum ada sebuah gerakan konkret bersama untuk mengatasinya. Tanggung jawab peningkatan kemampuan literasi anak Indonesia seringkali dilimpahkan semata kepada pemerintah. Padahal, kepedulian khalayak umum dan keterlibatan aktif sektor swasta memegang andil besar dalam membantu mengentaskan permasalahan literasi.

Hasil survei Early Grade Reading Assessment (EGRA) yang dilakukan USAID dan Pemerintah Indonesia menunjukkan, nilai kemampuan membaca anak-anak kelas 2 sekolah dasar tidak merata. Di Jawa, kemampuan membaca anak sudah mencapai 59 kata per menit (kpm), di Kalimantan dan Sulawesi 42 kpm, sedangkan di Indonesia timur hanya 29 kpm. Bahkan, rata-rata tingkat pemahaman anak-anak pada bahan bacaan pun masih rendah, hanya 63%. Idealnya, kemampuan membaca anak-anak kelas 2 adalah 45-60 kpm. Fakta lain, 30% sekolah dasar di Indonesia tidak memiliki perpustakaan (ruang baca) dan 48% sekolah dasar yang punya perpustakaan tidak memanfaatkan perpustakaan tersebut. Padahal, sekolah yang memaksimalkan fungsi perpustakaan memiliki siswa dengan rata-rata kemampuan baca yang jauh lebih baik.

Berangkat dari kondisi tersebut, Rajawali Foundation terpanggil untuk ambil bagian dan memberikan dukungan kepada Indonesia Literacy Forum (ILF) yang diinisiasi oleh Room to Read, sebuah organisasi nirlaba dari San Francisco Amerika Serikat dengan ProVisi Education. Forum ini bertujuan untuk menggugah nurani publik bahwa isu literasi perlu mendapat perhatian lebih, dan bahwa kita harus bersama-sama membenahinya.

Forum yang diadakan pada tanggal 18 November 2015 di Hotel Pullman Thamrin Jakarta, dibuka oleh Susanti Sufyadi, Kepala Seksi Penilaian, Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Turut hadir, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Perpustakaan Nasional, USAID, praktisi pendidikan dan perpustakaan, Ikatan Penerbit Indonesia, penulis dan ilustrator, lembaga pemerhati pendidikan maupun sektor swasta. Pada event itu, Room to read dan ProVisi juga meluncurkan 15 judul buku cerita berbahasa Indonesia.

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi literasi terarah bersama peserta, mitra dan perwakilan pihak-pihak pendukung ILF yang dimoderatori oleh Anugraha Dezmercoledi, Program Manager Rajawali Foundation. Diskusi bertujuan untuk menggali potensi yang dapat dilakukan di sektor penerbitan buku, penyediaan perpustakaan maupun peran aktif sektor swasta. Beberapa poin penting hasil diskusi itu di antaranya:
• Masih dibutuhkan sistem penjenjangan buku yang sesuai dengan kemampuan membaca anak
• Harus ada standarisasi perpustakaan khusus yang seragam, di mana setiap anggota bertanggung jawab menjaga kondisi dan keberlanjutan perpustakaan
• Perlu memperbanyak buku untuk pembaca pemula
• Menggalakkan kerja sama aktif dari sektor swasta

Menurut Erin Ganju, CEO Room to Read, literasi adalah pondasi dari semua pembelajaran masa depan. Sayangnya, banyak tantangan dalam meningkatkan literasi pada anak usia sekolah dasar, di antaranya kompetensi guru, anggaran dana serta kondisi infrastruktur sekolah.

Di Indonesia, dua fokus utama Room to Read adalah mengembangkan perpustakaan sekolah dan menerbitkan buku cerita anak berbahasa Indonesia bagi pembaca pemula. Untuk pilot proyeknya di tanah air, Room to Read mengembangkan 24 perpustakaan SD yang tersebar di 3 kabupaten, yaitu Gresik (Jawa Timur), Bogor (Jawa Barat), dan Manggarai Barat (Nusa Tenggara Timur), serta menerbitkan 150.000 eksemplar dari 15 judul buku cerita bergambar. Untuk keberlanjutan hasil, Room to Read juga melatih guru-guru tentang bagaimana mengelola materi perpustakaan secara efektif dan menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak.

Semoga program ini menjadi sebuah langkah awal positif, yang ke depannya tidak berhenti di tengah jalan, ataupun hanya berjalan di tempat; melainkan terus berjalan berkesinambungan. Karena dengan meningkatkan kemampuan membaca anak, kita memberikan mereka kemampuan untuk membuka jendela ke dunia yang lebih luas lagi. Rajawali Foundation berharap dari merekalah lahir generasi penerus bangsa yang brilian, yang mempunyai pemikiran yang visioner, kritis, inovatif serta membangun. generasi yang kelak memimpin Indonesia.