22 Maret 2016

Hari Air Dunia 2016

Adi Pratama – IGCN

Indonesia Global Compact Network (IGCN) bersama Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) melaksanakan peringatan Hari Air Dunia 2016 dengan tema “water & jobs” pada hari Selasa, 22 Maret 2016. Kegiatan yang dilaksanakan di Sekretariat GCB tersebut didukung oleh pemerintah, korporasi, universitas dan komunitas lingkungan.

Hari Air Dunia diinisasi di UN Conference on Environment and Development di Brazil tahun 1992. Saat itu, diusulkan hari internasional khusus air untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap air. Kemudian dalam Sidang Umumnya, PBB menetapkan tanggal 22 Maret sebagai Hari Air Dunia dan diperingati setiap tahunnya hingga sekarang.

Tema “water & jobs” diharapkan dapat menggambarkan bagaimana air dan pekerjaan dapat mengubah kehidupan manusia menjadi lebih baik, karena peran air yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan, maupun ekonomi. Sementara itu pekerjaan yang layak, dapat menghasilkan pendapatan dan membuka kesempatan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan.

Data di http://www.unwater.org/ menyebutkan, sekitar 1,5 milliar manusia bekerja pada sektor yang berkaitan langsung dengan air. Sementara dari dua juta kematian yang terjadi di dunia kerja, sebesar 17% kasus berhubungan langsung dengan air (sanitasi buruk, air minum yang tidak berkualitas, serta higienitas yang buruk).

Indonesia Water Mandate Working Group
UN Global Compact menyadari betul bahwa air sangat vital dalam dunia bisnis. Pada tahun 2007, UN Global Compact memperkenalkan ‘The CEO Water Mandate’, sebuah inisiatif untuk menggerakkan para pemimpin bisnis, untuk lebih peduli mengenai isu air. Inisiatif ini mulai diadopsi oleh IGCN pada tahun 2011, yang kemudian membentuk Indonesia Water Mandate Working Group (IWMWG). Rajawali Corpora menjadi salah satu korporasi yang berkomitmen penuh terhadap inisiatif ini.

Sejak tahun 2012, IWMWG telah memiliki banyak kegiatan yang berkaitan dengan air, di antaranya gerakan 1 juta lubang biopori, sanitasi total berbasis masyarakat berikut rangkaian kegiatan kampanye, multi-stakeholder dialog, serta edukasi mengenai konservasi air.

Tahun 2016 ini, kegiatan IWMWG diawali dengan berbagai rangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Air Dunia, di antaranya festival perahu getek, talkshow mengenai Ciliwung, penghargaan penjaga pintu air, serta pameran, bertempat di sekretariat GCB pada 22 Maret 2016. Kemudian workshop dengan tema Water and Jobs bersama dengan UNESCO, pada tanggal 4 April 2016, bertempat di Fakultas Teknis, Universitas Indonesia
”Bentuk kerjasama multi pihak seperti yang IGCN, GCB, serta UNESCO telah lakukan selama beberapa tahun terakhir merupakan suatu model yang unik dan sangat baik untuk diduplikasi berbagai pihak. Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi percontohan sebagai bentuk kerja sama multi pihak lainnya, dalam pengelolaan air dan sungai secara berkelanjutan, baik secara nasional maupun internasional.” Ungkap Y.W. Junardy, Presiden IGCN.

Isu Air dalam Agenda Pembangunan Keberlanjutan
Dari 17 poin yang terdapat Dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) atau dikenal SDGs, ada empat poin yang khusus membahas tentang isu air:
– Poin 6 mengenai sanitasi dan air bersih
– Poin 12 mengenai konsumsi yang bertanggung jawab
– Poin 13 mengenai aksi untuk perubahan lingkungan
– Poin 14 mengenai kehidupan di bawah air laut

Kondisi air saat ini memang sangat memprihatinkan. Krisis air bukan hanya terjadi di negara-negara Afrika, melainkan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya global untuk menangani isu ini.

Junardy menambahkan, pada dasarnya permasalahan manusia saling terhubung satu sama lain. Semua negara dan semua pihak harus berkolaborasi untuk menangani isu global. Dalam skala paling kecil, kita dapat berpartisipasi melalui penggunaan air yang bertanggungjawab, mulai dari hemat air saat mandi, mencuci, minum hingga saat melakukan wudhu.

“Selain itu kita bisa turut aktif berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan melalui penanaman pohon, pembuatan lubang biopori, membuang sampah pada tempatnya, melestarikan area terbuka hijau untuk resapan air dan lain sebagainya,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Board Member UN Global Compact.

“Meskipun demikian, masalah air ini tidak dapat terpecahkan tanpa adanya kolaborasi seluruh pihak mulai dari perusahaan, pemerintah, institusi pendidikan, serta komunitas-komunitas,” pungkas Junardy.

Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali.